
Tiba-tiba tanah bergetar hebat. Gempa. ''Semua yang berdiri tiba-tiba bergoyang-goyang,'' kata Iskandar Rasyid Ridho, seorang santri. Tak lama kemudian terdengar suara keras seperti badai yang bergemuruh, dari arah pantai Lhok Nga. Ustadz Usman Mamang, pimpinan pesantren tersebut, segera memerintahkan salah seorang santri naik pohon kelapa untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Perintah itu segera dijalankan. Setiba di pucuk pohon, si santri melepas pandangan ke berbagai arah. Ketika matanya melihat ke pantai, dia melihat fenomena yang sangat mencengangkan. Dari kejauhan nampak gelombang yang sangat besar tengah bergerak menuju pantai. Cepat-cepat dia turun dan melaporkan kejadian yang dilihatnya.
Usman terperanjat mendengar laporan santrinya itu. Ustadz muda asal Flores (NTT) itu segera memerintahkan segenap penghuni pesantren lari ke atas bukit. Dia sendiri malah berlari kencang menuruni bukit, menuju Masjid Cot Lam Crueng, di kawasan perumahan di Desa Nusa yang tak jauh dari pesantren. Begitu tiba di masjid, Usman segera menyambar mikrofon. ''Bapak-bapak, Ibu-ibu, ada bahaya gelombang besar dari pantai. Selamatkan diri ke Pesantren Hidayatullah, selamatkan diri ke bukit,'' teriaknya berulang-ulang.
Orang-orang lari lintang-pukang. Ada yang menuju lokasi seperti diteriakkan Usman, namun ada pula yang memacu kendaraan bermotor menjauhi pantai. Usman sendiri lantas kembali menuju pesantren, yang letaknya berada di bukit. Beberapa detik kemudian tsunami menerjang Lhok Nga. Warga yang menuju Pesantren Hidayatullah dan kawasan perbukitan, alhamdulillah, selamat. Namun yang berlari ke arah lain, entahlah nasibnya.
Usman dan santri Hidayatullah menjadi saksi peristiwa alam yang sungguh tak terbayangkan. Dua gelombang tsunami setinggi pohon kelapa berbenturan di Desa Glegenteung. Suara dentumannya sangat dahsyat dan menyemburkan bangunan, kendaraan, dan manusia ke segala arah. Sejumlah truk, bangunan rumah, dan entah apa lagi, berhamburan ke seluruh penjuru.
Ratusan pasang mata melihat peristiwa menakjubkan; gelombang tsunami itu nampak terbelah saat mendekati bangunan masjid. Alhasil, bangunan rumah ibadah itu tetap utuh, sementara semua bangunan di sekitarnya tersapu habis oleh gelombang. Allahu a'lam bi-shawwab. Lhok Nga hancur. Dari tujuh ribu warga kecamatan ini, yang selamat tidak sampai tiga ribu orang. Ratusan orang di antaranya menjadi pengungsi di kampus Pesantren Hidayatullah.
Hari pertama sejak gempa bumi dan tsunami melanda, Pesantren Hidayatullah Banda Aceh langsung beraksi. Para ustadz dan santri sibuk melayani 'tamu-tamu' pengungsi yang kebanyakan wanita dan anak-anak. Hari-hari berikutnya, pengungsi terus berdatangan. ''Awalnya cuma 150-an KK, namun terus bertambah hingga 2000-an orang,'' kata Mahidin, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Hidayatullah Banda Aceh.
Pada hari kedua pascabencana, Hidayatullah mengirim tim SAR, satu-satunya tim SAR yang dimiliki organisasi massa (ormas) Islam. Jumlahnya 41 orang, yakni 15 orang dari dari Jakarta, 6 relawan dari Medan, dan 20 orang relawan dari Surabaya. Saat itu, tim SAR dipimpin oleh drg Fathul Adhim yang juga Direktur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Pusat.
Usai terlibat dalam situasi gawat darurat, Hidayatullah merancang recovery Aceh dalam jangka panjang. Saat ini sedang dibangun Desa Ramah Keluarga di lima lokasi sekaligus. Yakni di Desa Nusa Kecamatan Lhok Nga (Aceh Besar) seluas 4,5 hektar, Desa Lamsujen Kecamatan Lhoong (perbatasan Aceh Besar dan Aceh Jaya) seluas 5 hektar, Desa Nisam Lhokseumawe (Aceh Utara) 4 hektar, Desa Suak Ni Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh (Aceh Barat) seluas 5,5 hektar, dan kawasan Calang (Aceh Barat).
Desa-desa tersebut akan menjadi model proses pembangunan Aceh ke depan. Di perkampungan ini sedang dibangun berbagai fasilitas seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, perekonomian, dan lain-lain. Proyek ini ditargetkan selesai dalam waktu lima tahun. Dalam perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) II Hidayatullah di Jakarta tanggal 9-13 Juni 2005 mendatang, permasalahan recovery Aceh menjadi salah satu agenda yang hendak dibahas.
Guna membangun desa idaman itu, Hidayatullah didukung oleh Baitul Maal Hidayatullah yang merupakan lembaga amil zakat nasional. Juga dijalin kerjasama dengan berbagai pihak, dalam maupun luar negeri. Sebuah perusahaan asuransi di Jakarta membantu pembangunan asrama pendidikan di Desa Nusa Lhok Nga, lokasi Pesantren Hidayatullah Cabang Banda Aceh. Asrama santri ini bisa menampung sekitar 80 santri. Pelaksanaannya dilakukan bersama para insinyur dari ITS Surabaya.
Untuk sarana pendidikan, dilakukan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sarana tersebut berupa gedung sekolah, ruang guru, perpustakaan, dan perabotan seperti meja dan kursi. Sementara Keluarga Besar Muslim Banyumas (Jateng) dilibatkan dalam pembuatan sumur air bersih. Perlu biaya dan tenaga yang cukup besar untuk menggali sumur di pesantren yang terletak di perbukitan. ''Kedalamannya mencapai 88 meter sampai 100 meter,'' kata Ustadz Usman Mamang.
LSM luar negeri yang bahu-membahu dalam membangun Aceh di antaranya Indonesian Children's Relief (ICR) dari Inggris. Hidayatullah dan ICR membangun asrama yatim piatu di Lhoong. Bekerjasama dengan Kedutaan Besar Arab Saudi, Hidayatullah telah membagikan peralatan rumah tangga berupa alat-alat dapur sebanyak 3 truk kepada 400 KK pengungsi di berbagai lokasi.
Pesantren Hidayatullah mulai hadir di Nanggroe Aceh Darussalam sekitar tahun 1994. Mula-mula berdiri di Desa Nisam, di pinggir kota Lhokseumawe, Aceh Utara. Pesantren ini dirintis oleh Ustadz Chusnul Chuluk dan kawan-kawan. Dua tahun kemudian, Ahmad Nurdin, Abdullah, dan Iman Ghazali--para santri dari Pesantren Hidayatullah Balikpapan--diutus ke Banda Aceh dan Sabang untuk merintis cabang baru di daerah itu.
Alhamdulillah, berkat usaha bersilaturahim ke berbagai pihak, sambil mengedarkan majalah Hidayatullah, pada tahun 1998, mereka mendapat amanah mengelola sebidang tanah tanah wakaf di Lhok Nga, sekitar 10 km dari Banda Aceh. Sebelum tsunami, Pesantren Hidayatullah tengah membina 40-an santri. Namun sejak kebanjiran pengungsi, pesantren itu dihuni warga yang kini jumlahnya berlipat-lipat dari semula.
loading...
No comments:
Post a Comment