Friday, October 26, 2012

Perbandingan Perumahan Rakyat Ala SBY, India dan China

Penyediaan perumahan rakyat yang murah merupakan salah satu cara bagi sebuah negara untuk memakmurkan rakyatnya. Selain memenuhi kebutuhan sandang dan pangan bagi rakyat, penyediaan rumah murah bagi kalangan miskin juga dapat menekan inflasi seiring dengan hobbi para pengembang untuk selalu menaikkan harga yang membuat ekonomi negara mengalami penurunan nilai.



Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono mencetuskan pembangunan perumahan murah seharga Rp. 5 Juta bagi kalangan miskin: (Sumber: Detik)

Iba Lihat Orang Miskin, SBY Janjikan Rumah Murah Rp 5-10 Juta

Bogor - Presiden SBY mengaku iba melihat masih banyaknya masyarakat yang tinggal di kolong jembatan. Karena itu, pemerintah menjanjikan rumah murah seharga Rp 5-10 juta dengan skema kredit lunak bagi masyarakat miskin.
"Apa yang saya pikirkan saudara-saudara? Di kolong-kolong jembatan, saya kira ketika saudara naik mobil, melewati tempat itu, ada saudara kita yang bermalam di situ, tentu tidak baik kita membiarkan. Di bantaran sungai atau di tempat-tempat lain yang sepatutnya tidak di situ," tutur SBY saat memberi arahan dalam raker pemerintah bidang ekonomi di Istana Bogor, Selasa (22/2/2011).
SBY mengatakan, rumah sangat sederhana yang dijanjikan pemerintah merupakan jalan yang baik daripada membiarkan masih adanya masyarakat yang tinggal di bawah jembatan atau tempat lain yang tak layak.
"Kita mulai dengan program rumah sangat murah. Untuk rakyat yang berkategori sangat miskin atau miskin. Harga dalam bayangan kita itu Rp 5 juta sampai 10 juta karena sangat murah," kata SBY.
Selain itu, untuk petani penggarap dan nelayan serta buruh kelas bawah yang berpenghasilan rendah, pemerintah juga menjanjikan rumah murah seharga Rp 20 juta hingga Rp 25 juta.
"Saya sudah melihat prototype kemarin di Deli, Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat, Ketua KEN (Komite Ekonomi Nasional), juga sedang mencari akal bagaimana membangun rumah yang layak tetapi berkategori murah, tentu lebih murah dibandingkan yang ada sekarang Rp 55 juta dengan kredit yang tipe 36 barangkali," tutur SBY.
Dalam konsep rumah murah ini, pemerintah akan membantu sebagian dana pembelian rumah tersebut. SBY menargetkan rumah murah ini bisa mencapai jutaan unit dalam waktu 5-10 tahun ke depan.
"Tentu desainnya khusus dan bisa mass production. Itu yang kemarin ditunjukkan. Ada negara lain yang juga mengembangkan proyek seperti ini contohnya di India. Ini sudah kita pikirkan yang bisa kita lakukan di negeri kita," tambah SBY.
Di tempat yang sama, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa mengatakan rumah murah ini akan dilakukan mulai tahun depan.
"Kita sedang pikirkan kebijakan, bentuk dan metodologinya seperti apa biar good governance jalan," tukas Suharso.


Ide brilyan SB ini masih lebih baik dari penyediaan rumah murah di India dan China. Di India misalnya, menurut berita ini, harga rumah paling murah mencapai Rp. 12 Juta rupiah. Walaupun dari praktisnya, masyarakat yang menerima hanya membayar Rp. 4 juta dimana selebihnya Rp. 6 juta ditanggung pemerintah dan Rp. 2 juta ditanggung koperasi.


  • In any other city in India, Uma would have lived out her life in the same shanty, but not in Solapur. Uma will move into a spanking new house by March 2004. So will 9,999 women like her.
In fact, 5,500 of these houses are ready. The landscape at the sprawling township, named Comrade Godutai Parulekar Nagar, is dotted with clusters of these ground-floor structures. However, the houses in this 450-acre plot on the outskirts of the city have still to be occupied as road,water, sewerage and electricity lines have not yet been laid.
When President A.P.J. Abdul Kalam inaugurates it on March 31, 2004, this housing project will be the first of its kind in Asia. "There have been low-cost mass housing schemes in China, but this is the first time that all the houses are built exclusively for women,'' says A.V. Pandhe, the developer behind the project. The 16 major bidi units depend almost entirely on women workers, 60,000 in all. In the last ten years, women have become bread-winners in this city, with textile and sugar mills closing down one after the other.
Ten thousand workers, who are members of the Godutai Parulekar Mahila Vidi Kamgar Cooperative Housing Society, will each get a oneroom-kitchen tenement of 255 sq ft along with a courtyard of 200 sq ft. Each member will pay Rs 20,000 towards its cost, which is Rs 60,000. The balance of Rs 40,000 will be shared equally by the state and central governments.
Uma has already paid Rs 8,000 of her share. Collectively, the bidi workers have already paid up Rs 12 crore of the Rs 20 crore they are supposed to contribute towards the cost of the project.
What makes this project unique, apart from the amazingly low cost, is the public-private partnership in mass housing.


loading...
Share This

No comments:

Post a Comment

Contact Us

Contact Form

Name

Email *

Message *