Tuesday, April 8, 2025

Jejak Islam di Pakpak Bharat dan Dairi: Barus, Binanga, Singkil Sebagai Gerbang Awal


Kabupaten Pakpak Bharat dan Dairi, wilayah yang kaya akan budaya dan sejarah di Sumatera Utara, menyimpan catatan menarik mengenai masuk dan berkembangnya agama Islam. Berbeda dengan daerah pesisir timur Sumatera yang lebih awal tersentuh oleh gelombang dakwah, Islamisasi di Pakpak memiliki dinamika dan tokoh-tokoh pionir tersendiri. Namun, jejak jalur perdagangan dan interaksi budaya dari pusat-pusat Islam awal di Sumatera seperti Barus, Binanga (kini bagian dari Subulussalam), dan Singkil, tidak dapat diabaikan sebagai fondasi awal penyebaran ajaran Islam di wilayah pegunungan ini.

Barus, yang dikenal dalam catatan sejarah sebagai salah satu bandar perdagangan tertua di Nusantara, telah menjadi titik temu berbagai peradaban, termasuk penyebaran agama Islam pada masa-masa awal. Para pedagang dan ulama yang datang melalui jalur laut dan darat dari Barus membawa serta nilai-nilai Islam, yang secara perlahan mulai berinteraksi dengan masyarakat lokal di pedalaman, termasuk wilayah yang kini dikenal sebagai Pakpak Bharat dan Dairi.


Meskipun belum ada catatan eksplisit mengenai dakwah terstruktur dari Barus langsung ke Pakpak pada masa awal, pengaruh keislaman dari bandar niaga penting ini kemungkinan merembes melalui jalur perdagangan dan pertukaran budaya antar wilayah.

Binanga, yang kini menjadi bagian dari Kota Subulussalam, juga memiliki peran signifikan dalam sejarah Islam di Sumatera bagian utara dan tengah.

Sebagai pusat permukiman dan jalur lalu lintas perdagangan, Binanga menjadi salah satu simpul penyebaran Islam ke wilayah pedalaman. Interaksi antara masyarakat Binanga yang mayoritas Muslim dengan komunitas-komunitas di sekitarnya, termasuk yang berada di wilayah Pakpak, membuka peluang bagi masuknya ajaran Islam secara bertahap. Para pedagang dan musafir dari Binanga, yang membawa serta identitas dan nilai-nilai Islam, berpotensi menjadi agen-agen awal pengenalan agama ini kepada masyarakat Pakpak.


Singkil, yang terletak di pesisir barat Aceh, juga memainkan peran penting dalam dinamika keislaman di wilayah sekitarnya. Sebagai bandar pelabuhan yang aktif, Singkil menjadi pintu masuk bagi para pedagang dan ulama dari berbagai daerah. Jalinan perdagangan dan hubungan sosial antara Singkil dan wilayah pedalaman, termasuk Pakpak, membuka ruang bagi pertukaran gagasan keagamaan.

Meskipun prosesnya mungkin tidak langsung dan terstruktur, pengaruh Islam dari Singkil secara bertahap dapat mencapai komunitas-komunitas di Pakpak melalui interaksi antar masyarakat dan jalur-jalur perniagaan tradisional.

Dalam konteks perkembangan Islam di Pakpak, muncul tokoh-tokoh penting yang secara aktif menyebarkan ajaran Islam dan membangun komunitas Muslim. Salah satunya adalah Maliddin Maarif Lubis, seorang tokoh yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat dan semangat dakwah yang membara. Berasal dari Medan, sebuah kota dengan tradisi Islam yang mapan, Lubis membawa serta militansi dakwah yang luar biasa dalam upayanya mengenalkan dan mengembangkan Islam di tengah masyarakat Pakpak.


Langkah strategis yang dilakukan oleh Maliddin Maarif Lubis adalah melibatkan keluarganya secara aktif dalam proses dakwah. Istrinya turut serta berbaur dengan masyarakat Pakpak, membangun jembatan komunikasi dan saling pengertian yang sangat penting dalam penyebaran nilai-nilai agama. Pendekatan personal dan inklusif ini menjadi kunci keberhasilan Lubis dalam merangkul masyarakat setempat dan menanamkan benih-benih keimanan.

Maliddin Maarif Lubis juga memiliki keterkaitan dengan Yayasan Zending Islam, sebuah organisasi yang didirikan oleh Haji Guru Kitab Sibarani, seorang tokoh Muslim dari Porsea, Toba Samosir.

Yayasan yang berpusat di Medan ini memiliki visi yang luas dalam menyebarkan Islam, tidak hanya di kalangan masyarakat Pakpak, tetapi juga memberikan kesempatan bagi anak-anak dari komunitas tersebut untuk menimba ilmu agama melalui pendidikan pesantren. Keterlibatan Lubis dalam yayasan ini menunjukkan adanya upaya terorganisir dalam memajukan pendidikan dan pemahaman Islam di wilayah Pakpak.

Sebelum mengemban amanah sebagai Ketua Yayasan Zending Islam, Maliddin Maarif Lubis memiliki pengalaman yang luas di bidang kemasyarakatan dan informasi. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Penerangan Sumatera Utara, sebuah posisi yang memberikannya pemahaman mendalam tentang dinamika sosial dan budaya di wilayah tersebut. Latar belakang ini kemungkinan besar memengaruhi pendekatan dakwahnya yang menekankan pada pembangunan masyarakat secara holistik.

Selain pengalaman di pemerintahan, Maliddin Maarif Lubis juga memiliki akar pendidikan agama yang kuat. Ia adalah alumni Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, sebuah institusi pendidikan Islam terkemuka di Sumatera Utara. Di pesantren tersebut, ia berguru kepada murid-murid Syeikh Musthafa Husein, seorang ulama kharismatik yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di wilayah tersebut. Pendidikan agama yang mendalam ini menjadi landasan teologis dan metodologis bagi upaya dakwah Lubis di Pakpak.

Berbeda dengan para pionir Islam sebelumnya yang mungkin lebih fokus pada pengenalan ajaran dasar, Maliddin Maarif Lubis memiliki visi yang lebih komprehensif dalam membangun masyarakat Muslim Pakpak. Ia menyadari bahwa untuk memajukan komunitas, pembangunan sarana pendidikan menjadi prioritas utama, terutama mengingat kondisi pendidikan masyarakat Islam Pakpak pada masa itu yang masih relatif lemah. Keyakinan akan pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan mendorong Lubis untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam membangun infrastruktur pendidikan.
Dalam melaksanakan misi dakwahnya, Maliddin Maarif Lubis tidak bekerja sendiri. Ia mendapatkan dukungan yang signifikan dari masyarakat setempat yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan agama bagi generasi muda. Bersama-sama, Lubis dan masyarakat membangun madrasah-madrasah di berbagai lokasi strategis, terutama di daerah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Keberadaan madrasah-madrasah ini menjadi pusat pendidikan Islam bagi anak-anak Pakpak, memberikan mereka akses terhadap pengetahuan agama dan nilai-nilai moral yang luhur.

Hingga kini, jejak perjuangan Maliddin Maarif Lubis masih dapat disaksikan melalui keberadaan madrasah-madrasah yang ia bangun. Sebagian besar madrasah tersebut masih beroperasi aktif sebagai lembaga pendidikan Islam, mencetak generasi muda Pakpak yang beriman dan berilmu. Meskipun sebagian kecil madrasah lainnya sudah tidak lagi difungsikan sebagai sekolah, keberadaannya tetap menjadi saksi bisu atas dedikasi dan visi seorang pionir Islam yang berupaya membangun masyarakat melalui pendidikan.

Kisah perjalanan Islam di Pakpak Bharat dan Dairi, dengan akar yang mungkin terhubung dengan pusat-pusat Islam awal seperti Barus, Binanga, dan Singkil, serta diperkuat oleh dedikasi tokoh seperti Maliddin Maarif Lubis, merupakan bagian penting dari sejarah Islam di Sumatera Utara. Upaya membangun masyarakat melalui pendidikan yang dipelopori oleh Lubis memberikan warisan yang berkelanjutan bagi perkembangan Islam di wilayah ini. Semangat dakwah yang inklusif dan fokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan menjadi pelajaran berharga dalam memahami dinamika penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara.

loading...
Share This

No comments:

Post a Comment

Contact Us

Contact Form

Name

Email *

Message *